Friday 25 May 2018

PENGETAHUAN DASAR SURVIVAL


PENGETAHUAN DASAR SURVIVAL

Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.

Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. 
Survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.

Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan pengalamannya.

Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir.

Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival. Pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi survival. 

Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.

Berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :

1.Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit. 

2.Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam. sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur yang sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua 

3.Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas dari CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah istirahat fisik dan juga mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk bertahan. Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga. 

4.Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang mengandung air dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. Air dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air dan mencerna makanan. Kondisi lingkungan yang exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari, sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat. 

5.Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan berhari-hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam survival. Penghematan energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan makanan. 

Sikap dalam Survival

Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. Juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.
Apa saja yang berguna dalam mengha-dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan:

1.Kesiapan mendiskusikan dengan jelas "apakah anda ingin hidup ?", ungkapan yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. Sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. Oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan. 

2.Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting. 

Mengapa ada Survival ?Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
•Keadaan alam (cuaca dan medan) 
•Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan) 
•Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan) 
•Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak, antara lain : mental, kurang lebih 80% kesiapan kita dalam survival terletak dari kesiapan mental kita. Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :•Keadaan alam (cuaca dan medan) 
•Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan) 
•Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan) Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.

Definisi Survival

Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam ;
Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat
Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
Rasa takut dan putus asa harus hilangkan
Vitalitas mesti ditingkatkan
Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
Variasi alam bisa dimanfaatkan
Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
Lancar dan selamat

Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah "STOP" yang artinya :
Stop & seating / berhenti dan duduklah
Thingking / berpikirlah
Observe / amati keadaan sekitar
Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

Kebutuhan survival

Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :
1.Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat, Disiplin dan rencana matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman] 
2.Pengetahuan ; Cara membuat bivak, Cara memperoleh air, Cara mendapatkan makanan, Cara membuat api, Pengetahuan orientasi medan, Cara mengatasi gangguan binatang, Cara mencari pertolongan 
3.Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan membuat trap, dll 4.Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll 

Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
1.Mengkoordinasi anggota 
2.Melakukan pertolongan pertama 
3.Melihat kemampuan anggota 
4.Mengadakan orientasi medan 
5.Mengadakan penjatahan makanan 
6.Membuat rencana dan pembagian tugas 
7.Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar 
8.Membuat jejak dan perhatian 
9.Mendapatkan pertolongan 

Bahaya-bahaya dalam Survival

Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :Ketegangan dan panic
Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan fisik dan mental
Matahari / panas 
•Kelelahan panas 
•Kejang panas 
•Sengatan panas 
•Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut / kronis, Baru sembuh dari penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi, Kurang tidur, Kelelahan, Terlalu gemuk, Penyakit kulit yang merata, Pernah mengalami sengatan udara panas, Minum alkohol, Dehidrasi. 

Pencegahan keadaan panas :
•Aklimitasi 
•Persedian air 
•Mengurangi aktivitas 
•Garam dapur 
•Pakaian : Longgar, Lengan panjang, Celana pendek, Kaos oblong Serangan penyakit Penyakit yang biasa diderita pegiat alam bebas adalah :Demam, Disentri, Typus, Malaria


Kemerosotan mental 
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah atau keadaan lingkungan mencekamPencegahan : Usahakan tenang dan tentu saja banyak berlatih

Bahaya binatang beracun dan berbisa 
Keracunan
• Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret,
kejang kejang seluruh badan, bisa pingsan. 
• Penyebab : Makanan dan minuman beracun 
• Pencegahan : Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh
pekat atau di tohok anak tekaknya 

Keletihan amat sangat 

Pencegahan : Makan makanan berkalori dan Membatasi kegiatanBahaya lainnya dalam survival adalah : Kelaparan, Lecet, Kedinginan [untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian]




Membuat Bivouck (Shelter)

Membuat bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat sebenarnya bertujuan untuk untuk melindungi diri dari angin, panas, hujan, dingin dan gangguan binatang.

Macam –macam bivouck :
1.Shelter asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada gas beracun dan tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua jangan berteriak karena dapat meruntuhkan dinding gua. 
2.Shelter buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu, atau separuhnya alam dan separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi dengan ceruk batu atau pohon tumbang atau ranting kayu] 
Syarat bivouck : 
•Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung] 
•Di atas bivouck / shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh 
•Bukan sarang nyamuk/serangga 
•Bahan kuat 
•Jangan terlalu merusak alam sekitar 
•Terlindung langsung dari angin 

Mengatasi Gangguan Binatang

Nyamuk ; Obat nyamuk, autan, dll , Bunga kluwih dibakar, Gombal / kain butut [dalam keadaan memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos sebagai pengganti gombal] dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk , Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
Laron ; Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
Disengat Lebah ; Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali, Tempelkan tanah basah/liat di atas luka sengatan, Jangan dipijit-pijit, Tempelkan pecahan genting panas di atas luka, Olesi dengan petsin untuk mencegah pembengkakan
Gigitan Lintah ; Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas lintahnya, Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok di atas lintahnya, Membuang [mengais] lintah upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada kambiumnya.
Semut Gatal ; Gosokkan obat gosok pada luka gigitan, Letakkan cabe merah pada jalan semut, Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
Kalajengking dan lipan; Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar, Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit, Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka, Taburkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka, Taburkan garam di sekeliling bivouck untuk pencegahan
Ular dll ; Untuk mencegah dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan binatang berbisa mematikan harus mempelajari Emergency Medical Care [EMC]

Membaca Jejak

Ada beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu jejak buatan, maksudnya adalah jejak yang dibuat oleh manusia dan jejak alami yaitu tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan.

Jejak alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang lewat dan ada disekitar, arah gerak binatang, besar kecilnya binatang, cepat lambatnya gerak binatang. Untuk membaca jejak alami [binatang] dapat diketahui dari telapak yang ditinggalkan, kotoran yang tersisa, pohon atau ranting yang patah, lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput.

Air

Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.

Ada air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Untuk memperoleh air hujan langsung dalam keadaaan sirvive di alam bebas, maka dapat dengan cara memampung dengan ponco atau daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan [nesting atau phipless]

Air dari tanaman rambat/rotan atau bambu. Cara memperolehnya, yaitu potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut.Selain rotan, bambu dan tumbuhan rambat, air juga dapat diperoleh pada bunga (kantung semar) dan lumut.

Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu antara lain adalah air sungai besar, air sungai tergenang, air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut). Untuk mendaptkan air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan

Berikutnya air juga dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya [bongkahnya] lalu buat lubang ditengahnya maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan.

Makanan / Sosiologi Botani :

Dalam kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat di konsumsi, tetapi harus memperhatikan beberapa syarat dan patokan berikut :
•Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia 
•Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok 
•Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo dan pepaya. •Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan, lengan, bibir dan atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa dimakan. 
•Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam 

Peringatan : Hubungan air dan makanan; Untuk makanan yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit, Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan, Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak.

Tumbuhan yang dapat dimakan dapat diketahui dari ciri-ciri fisik, misalnya : Permukaan daun atau batang yang tidak berbulu atau berduri, tidak mengeluarkan getah yang sangat lekat, tidak menimbulkan rasa gatal, hal ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya pada kulit atau bibir dan tidak menimbulkan rasa pahit yang sangat [dapat dicoba di ujung lidah]

Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya :
•Batang pohon pisang (putihnya) 
•Bambu yang masih muda (rebung) 
•Pakis dalamnya berwarna putih 
•Sagu dalamnya berwarna putih 
•Tebu 

Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya :
•Selada air 
•Rasamala (yang masih muda) 
•Daun mlinjo 
•Singkong 

Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya :Ubi jalar, talas, singkong

Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :Arbei, asam jawa, juwet

Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
•Jamur merang, jamur kayu. 

Tetapi ada beberapa jenis jamur beracun yang ciri-cirinya adalah :
•Mempunyai warna mencolok 
•Baunya tidak sedap 
•Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning 
•Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan 
•Bila diraba mudah hancur 
•Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya 
•Tumbuh dari kotoran hewan 
•Mengeluarkan getah putih 

Selain tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan juga, misalnya Belalang, Jangkrik, Tempayak putih (gendon), Cacing, burung, Laron, Lebah, larva, Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan ekor], Katak hijau, Ular [1/3 bagian tubuh tengahnya], Binatang besar lainnya.
Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :
•Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking 
•Binatang yang mengandung racun : penyu laut 
•Binatang yang mengandung bau yang khas : sigung / senggung

Api

Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.

Cara membuat api dalam keadaan darurat :
•Dengan lensa / Kaca pembesar ; Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar. 
•Gesekan kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar 
•Busur dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul / sabut terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren 

Survival kits

Survical kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan sebagai alat berjaga-jaga bila terjadi keadaan darurat atau juga dapat digunakan selama perjalanan.

Beberapa contoh survival kits adalah :
•Mata pancing /kait 
•Pisau / sangkur / vitrorinoc
•Tali kecil 
•Senter 
•Cermin suryakanta, cermin kecil 
•Peluit 
•Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air [tube roll film] 
•Tablet garam, norit 
•Obat-obatan pribadi 
•Jarum + benang + peniti 
•Ponco / jas hujan / rain coat 
•Lain-lain

Pembelajaran dari mendaki gunung Mendaki gunung, apa enaknya, ….. apa hikmahnya Enaknya …… menikmati pemandangan mengagumi kebesaran sang pencipta. Dapat dibayangkan gunung yang begitu gagahnya serta menjulang dengan ketinggiannya … yang tersebar diseluruh dunia, dengan bermacam bentuk dan ukuran menandakan betapa dahsyat, betapa hebat, betapa maha …. Sang pencipta.Manakala kita berada di puncak gunung, kecil kita ….. segala kesombongan, keangkuhan, keserakahan akan sirna, bagaikan debu di tiup angin …… hilang tanpa ada bekas. 
Mendaki gunung memberikan hikmah yang begitu dahsyat …. Disadari atau tidak kita dapat belajar segala hal dalam mendaki gunung, rasa persaudaran, persahabatan yang kian kental, kemandirian yang kita peroleh, tidak mudah menyerah, rasa ego yang kian menipis dalam diri, rasa syukur yang makin tebal.
Mungkin masih teringat dalam benak, disaat kita belum pernah mendaki gunung ….. emosi kita suka meluap, manakala pulang sekolah atau main dari rumah sahabat, perut lapar…. Dirumah hanya dihidangkan oleh ibunda tercinta nasi dengan lauk alakadarnya, kita marah, kita hilang selera melihat hidangan yang alakadarnya ……Setelah mengalami hal yang mengharuskan kita bertahan hidup dalam pendakian …… makan apapun yang ada dialam, ataupun makan nasi yang masih kurang matang, atau lauk yang lebih apa adanya dibanding waktu dirumah di bagi dengan kawan sependakian. Tentunya menyesal kita telah menyia-nyiakan masakan ibunda tercinta yang sudah menyiapkan makan untuk anak nya tercinta dengan penuh kasih saying, hanya karena hidangan yang apaadanya.
Masih terlalu banyak pembelajaran dari mendaki gunung.Terimakasih Allah engkau telah berikan pelajaran berharga, dari ciptaan Mu gunung yang begitu indah yang bukan hanya untuk dinikmati oleh mata tetapi harus dinikmati oleh hati nurani yang paling dalam serta menjaganya agar dapat memberikan pelajaran bagi generasi yang akan datang.

Thursday 24 May 2018

Open Trip Gn. Ciremai 3.078mdpl


  1. Open Trip Gn. Ciremai 3.078mdpl via Palutungan 

bersama IMPALA (Indramayu Pecinta Alam)
.


✳IDR 200.000/Org
✳Tanggal 21-23 juni 2018
✳Pukul 14.00 Wib

▶Metting Point:
✳Tugu perjuangan Indramayu   IDR 200.000
✳ Base Camp Palutungan .       IDR. 150.000 (Tidak Mendapatkan Fasilitas Transport)


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Ketentuan~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

1. Peserta terbuka untuk umum
2. Peserta Terbatas
3. Biaya pendaftaran sebesar Rp. 200.000,-
4. Meeting Point di Tugu Perjuangan, Simpang 5 Indramayu
5. Calon peserta diwajibkan membayar uang DP minimal Rp. 100.000,- sebagai Tanda Jadi Pendaftaran.
6. Pendaftaran ditutup pada tanggal 10 Juni 2018
7. Pelunasan maksimal 2 hari sebelum berangkat

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Fasilitas~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
.
 1. Transport PP
 2. Simaksi
 3. Makan selama pendakian
 4. Kaos/T-shirt
 5. Kompor & Nesting (Hak pakai)
 6. Tenda (Hak pakai)
 7. P3K
 8. Guide
 9. Documentasi
 10. Saudara baru
 11. InshaAllah ketemu jodoh


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Exclude~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

✳ perlengkapan pribadi

1. Carier
2. Sleeping Bag
3. Matras
4. Jaket
5. Sarung Tangan, Kaos Kaki
6. Sepatu
7. Senter/ Head Lamp + Batrai Cadangan
8. Jas Hujan
9. Pakaian Ganti
10. Alat Shalat
11. Alat Makan (Piring, Mangkok, Gelas, Sendok, Garpu)
12. Obat Pribadi
13. Cemilan
14. Air Mineral
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Pndaftaran~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

1. Kirim SMS / WA / BBM registrasi dengan format
Pendaftaran Open Trip Ciremai
– Nama :
– TTL :
– No. Hp :
– Riwayat Penyakit :
– Ukuran Kaos :


2. Pembayaran Down Payment minimal Rp. 100.000,-

3. Peserta akan dinyatakan fix ikut jika sudah melunasi pembayaran.

4. Pendaftaran ditutup Tanggal 10 Juni 2018.


Contact person : (Karlina) 089663409562
                           (agus) 08998255059


Wednesday 23 May 2018

mountaineering



A. Mountaineering
Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.

B. PENGERTIAN DAN TUJUAN KEGIATAN MOUNTAINEERING
– Mountain                 = Gunung
– Mountaineer            = Orang yang berkegiatan di gunung
– Mountaineering       = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti   yangluas berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke puncak-puncak gunung yang sulit.

Banyak alasan orang melakukan kegiatan mountaineering namun pada dasarnya keitan itu dilakukan untuk :
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi

C. TERMONOLOGI GUNUNG
a)      Gunung : Suatu puncak ketinggian dari atas permukaan laut dan dataran di sekelilingnya.
b)      Pegunungan : Barisan/sekumpulan gunung yang salingberdekatan.
c)      Bukit : Gunung Yang ketinggianya tidak lebih dari 600 mdpl
d)      Perbukitan : Barisan/sekumpulan bukit yang salingberdekatan.
e)      Tebing : Lereng pada dinding gunung yang terjal
f)       Sadel : Pertemuan dua titik pada satu punggungan
g)      Pass : Celah panjang diantara dua punggungan
h)      Col : Celah sempit diantara dua puncak
i)        Plateau : Dataran tinggi diatas daerah ketinggian
j)        Summit : Puncak

D. SEJARAH SINGKAT MOUNTAINEERING
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang dimulai dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya Siti Hawa. Siti Hajar yang telahlintas dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengansherpa JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan pendakian demi pendakian hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran kalian untuk melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.
a. Sejarah Dunia
1.      1942 : Anthoine de Ville memanjat tebing Mont Aiguille (2907 m) di pegunungan alpen untuk berburu chamois (Kambing gunung)
2.      1624 : Pastor pastor Jesuit, melintasi pegunungan himalaya dari gharwal di Iindia ke Tibet menjalankan tugas misionarisnya
3.      1760 : Professoe de Saussure menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat menaklukkan puncak mont blanc guna kepentingan ilmiahnya.
4.      1786 : Puncak tertinggi di pegunungan alpen Mont Blanc (4807 m) akhirnya dicapai oleh Dr. Michel Paccaro dan Jacquet Balmat.
5.      1852 : Batu pertama jaman keemasan dunia keemasan di Alpen diletakkan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3.708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga.
6.      1852 : Sir George Everest, akhirnya menentukan ketinggian puncak tertinggi dunia, dan di abadikan dengan namanya (8.848 m), orang Nepal menyebut puncak ini dengan nama sagarmatha, orang tibet menyebutnya chomolungma.
7.      1878 : Clinton Dent (bukan pepsoden) memnjat tebing Aigullie de dru di perancis yang memicu trend pemanjatan tebing yang tidak terlalu tinggi tetapi cukup curam dan sulit, banyak orang menganggap peristiwa ini adalah kelahiran panjat tebing
8.      1895 : AF Mummery orang yang disebut sebagai bapak pendakian gunung modern hilang di Nanga Parbat (8.125 m), pendakian ini adalah pendakian pertama puncak di atas ketinggian 8.000 m
9.      1924 : Mallory dan Irvina mencoba lagi mendaki Everest, keduanya hilang di ketinggian sekitar 8.400 m
10.  1953 : Pada tanggal 29 mei Sir Edmund Hillary dan Sherpa Tenzing Norgay akhirnya mencapai atap dunia puncak everest.

b. Sejarah Indonesia
1.      1623 : Yan Carstenz adalah orang pertama melihat adanya pegunungan sangat tinggi, dan tertutup salju di pedalaman irian
2.      1899 : Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan Carstensz hampir 3 abad sebelumnya tentang “ … pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju!” di perdalaman Irian. Maka namanya diabadikan sebagai nama puncak yang kemudian ternyata merupakan puncak gunung tertinggi di Indonesia.
3.      1962 : Puncak Carstenz akhirnya berhasil dicapai oleh tim pimpinan Heinrich Harrer.
4.      1964 : Beberapa pendaki Jepang dan 3 orang Indonesia, yaituFred Athaboe, Sudarto dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapaiPuncak Jaya di Irian. Puncak yang berhasil didaki itu sempat dianggap Puncak Carstensz, sebelum kemudian dibuktikan salah.
5.      Puncak Eidenburg, juga di Irian, berhasil di daki oleh ekspedisi yang dipimpin Philip Temple.
6.      Dua perkumpulan pendaki gunung tertua di Indonesia lahir : Wanadri di Bandung dan Mapala UI di Jakarta, lalu di susul oleh perkumpulan perhimpunan pencinta alam lainnya mulai dari, MPA,SISPALA, KPA, ERNIPALA, MODIPALA dan sebagainya
7.      1972 : Mapala UI, diantaranya adalah Herman O. Lantang dan Rudy Badil, berhasil mencapai Puncak cartenz. Mereka merupakan orang-orang sipil pertama dari Indonesia yang mencapai puncak ini.

E. PERSIAPAN DALAM SEBUAH PERJALANAN
1. Dapat berpikir secara logis.
Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara berpikir seperti ini lebih banyakmempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.
Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian , pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.
3. Dapat mengkoordinir tubuh kita.
a. koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
– Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh.
– Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.
– Ketenangan dalam melakukan tindakan .
b. koordinasi antar anggota tubuh.
Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat gerakan-gerakan atau langkah- langkah ketika berjalan atau diam.
4. kondisi fisik yang memadai.
Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalamolahraga yang cukup berat . Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah berlatih.
5. Berdoa.

F. JENIS PERJALANAN / PENDAKIAN
Mountaineering dalam arti luas adalah suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit dengan memakan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan.
Menurut kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering terbagi menjadi tiga bagian :
1. Wallking
Berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki yang serius.

2. Hill Walking
Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.

3. Climbing
Climbing adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai, pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.
Di dalam arti yang sebenarnya memang climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula orang mengartikan bukan hanya panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan juga Repling (turun tebing), Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali pursik) dan lain-lain.
Biasanya orang melakukan pemanjatan tebing ini dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, kekuatan tangan, kekuatan kaki, keseimbangan tubuh dijadikan tolak ukur dalam melakukan pemanjatan ini. Panjat tebing bukan hanya di alam tetapi kita bisa di tebing buatan (woll-climbing).
Dalam divisi climbing ini sangatlah mengharapkan peran lembaga STTA dalam melancarkan kegiatannya, yaitu adanya pembuatan woll-climbing. Didalam pembuatan wool-climbing memang memerlukan dana yang cukup besar. Maka dari itu Palastta mengharapkan kerjasama dari pihak manapun untuk dapat bekerja sama dalam pembuatan wool-climbing ini. Bentuk kegiatan climbing ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Rock Climbing
Rock Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.

-        Scrambling : Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
        Technical Climbing : Pemanjatan pada permukaan tebing yang sulit. Dibutuhkan teknik khusus dan bantuan peralatan. Jenis ini di bagi dua, yaitu :
Ø Free Climbing: Rute yang dilalui sulit sehingga dibutuhkan tali, alat-alat dan teknik yang khusus untuk melindungi bila terjatuh . Patut diperhatikan bahwa alat –alat disini hanya berfungsi sebagai alat- alat pengaman saja dan bukan sebagai penambah ketinggian.
Ø Artificial Climbing: Tebing hanya memberikan celah yang sangat tipis atau bahkan tidak ada sehingga penggunaan tangan dan kaki saja adalah mustahil. Untuk itu pendakian jenis ini sepenuhnya tergantung kepada perealatan yang juga dipergunakan secara langsung untuk menambah ketinggian . Dapat dikatakan ketinggian kita dapat terus bertambah hanya semata-mata karena bantuan alat-alat seperti tangga tali dfan sebagainya.
b. Snow & Ice climbing
Ice and Snow Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.

4. Expedition
Merupakan gabungan dari semua bentuk pendakian di atas. Waktunya bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping harus menguasai teknik pendakian dan pengetahuan tentang peralatan pendakian, juga harus menguasai manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian, dll.

G. KLASIFIKASI PENDAKIAN
Tingkat kesulitan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, tergantung dari pengembangan teknik-teknik terbaru. Mereka yang sering berlatih akan memiliki tingkat kesulitan / grade yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang baru berlatih.
Klasifikasi pendakian berdasarkan tingkat kesulitan medan yang dihadapi (berdasarkan Sierra Club) :

Kelas 1           : berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki khusus (walking).
Kelas 2           : medan agak sulit, sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan               penggunaan tangan sebagai pembantu keseimbangan sangat dibutuhkan (scrambling).
Kelas 3           : medan semakin sulit, sehingga dibutuhkan teknik pendakian tertentu, tetapi  tali pengaman belum diperlukan (climbing).
Kelas 4           : kesulitan bertambah, dibutuhkan tali pengaman dan piton untuk anchor/penambat (exposed climbing).
Kelas 5           : rute yang dilalui sulit, namun peralatan (tali, sling, piton dll), masih berfungsi sebagai alat pengaman (difficult free climbing).
Kelas 6           : tebing tidak lagi memberikan pegangan, celah rongga atau gaya geser yang diperlukan untuk memanjat. Pendakian sepenuhnya bergantung pada peralatan (aid climbing).

H. SISTEM PENDAKIAN
1. Himalayan System,
adalah sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian panjang, memakan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang pada pendakian ke puncak-puncak di pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam sistem ini terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (misalnya : base camp, flying camp, dll). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, sedangkan anggota tim lainnya hanya sampai di tengah perjalanan, pendakian ini bisa dikatakan berhasil.

2. Alpine System,
adalah sistem pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen. Tujuannya agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat, karena pendaki tidak perlu kembali ke base camp, perjalanan dilakukan secara bersama-sama dengan cara terus naik dan membuka flying camp sampai ke puncak.

I. PERSIAPAN BAGI SEORANG PENDAKI GUNUNG
Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan antara lain :
1. Sifat mental.
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
2. Pengetahuan dan keterampilan.
Meliputi pengetahuan tentang medan, cuaca, teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya.
3. Kondisi fisik yang memadai.
Mendaki gunung termasuk olah raga yang berat, sehingga memerlukan kondisi fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.
4. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita lakukan.

j. bahaya – bahaya dihutan dan gunung
Hutan dan gunung adalah wilayah berkeliarannya binatang-binatang buas pemangsa yang setiap detik siap memangsa manusia yang memasuki wilayahnya. Tumbuh-tumbuhan yang lebat saling berbelit dan rimbunnya dedaunan akan menghambat sinar matahari dan menimbulkan kegelapan yang segera akan menyesatkan arah perjalanan kita.
Bila kita kelompokan bahaya di hutan dan gunung dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Bahaya Obyektif
a)     Kondisi Bentuk Permukaan Bumi (Terrain); Apakah Terrain berpemukaan: datar, curam, patahan-patahan, tonjolan-tonjolan dan gabungan dari beberapa bentuk. Masing-massing memiliki bahaya sendiri-sendiri. Apakah kondisi permukaan itu terbentuk oleh tanah padat, gembur, berair, becek, rawa, sungai, pasir, kerikil bulat, krikil tajam, batuan lepas, batuan padat dan serterusnya. Masing- masing juga memeiliki sifat-sifat tersendiri yang tentunya memeiliki potensi-potensi bahaya.
b)    Bentuk-bentuk Kehidupan (living Form);
Tetapi harus dicatat, dalam situasi survival ada tidaknya binatang dan tumbuhan yang dapat kita manfaatkan juga merupakan problem bagi kita untuk sumber makakan, shelter, bahan bakar, perlengkapan pengganti dll.
1.    Kehidupan Binatang: Mulai kehidupan Micro organisme yang sederhana hingga binatang-binatang besar dapat menjadi potensi bahaya. Secara umum potensi itu adalah :
– Dapat menimbulkan penyakit.
– Dapat menularkan penyakit.
– Beracun bila menyengat, bersentuhan atau menggigit.
– Beracun bila dimakan.
– Karena ukurannya besar dapat berbahaya bila menyerang.
– Binatang besar pemangsa.
– Minimbulkan/mengeluarkan zat-zat kimia yang membuat sangat tidak   nyaman.
2.    Tumbuh-tumbuhan
Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan adalah : ‘
– Kerapatan tumbuhan dapat menghambat dan mencederai kita dalam pergerakan.
– Kerapatan tumbuhan dapat menghambat jarak dan keleluasaan pandangan (visibility) sehingga menyulitkan orientasi.
– Mempunyai duri-duri atau getah beracun yang dapat mencederai kita.
– Mengandung racun bila dimakan.

c)  Iklim dan Cuaca
Iklim yang merupakan gambaran umum musim-musim yang terjadi disuatu daerah tertentu dalam periode waktu satu tahun mungkin lebih mudah doiperkirakan. Tetapi cuaca yang berkaitan dengan: temperatur, kelembaban dan pergeerakan udara akan lebih sulit diperkirakan. Ketiga hal itu sangat berkaitan dengan kemampuan tubuh kita yang mempunyai keterbatasan untuk dapat berfungsi normal. Hal-hal yang dapat menjadi potensi bahaya dari kondisi cuaca adalah :
1.      Temprertur Tinggi, yang berkaitan debngan terik matahari dapat menyebabkan Heatstroke dan Sunstroke.
2.      Temperature rendah, basah, angin, dan kombinasinya dapat menyebabkan Hypotermia.
3.       Basah terus-menerus dapat menyebabkan bagian telapak kaki mengalami Water immersion foot (seperti kena kutu air). Akan mudah lecet dan peluang terinfeksi menjadi lebih besar.
4.      Potensi-potensi bahaya lain yang diakibatkan oleh cuaca misal: angin yang sangat besar dapat mematahkan batang2 pohon besar yang bisa mencederai kita, curah hujan yang tinggi dapat menghambat pergerakan dan jarak pandang. Curah hujan yang sangat extreme mempunyai potensi bahaya tersendiri. Demikian juga kekeringan yang extreme
d)    Ketinggian
Tinggi rendahnya suatu tempat dari atas permukaan laut, akan berkaitan dengan besarnya tekanan udara di tempat itu. Disekitar ketinggian sejajar dengan permukaan laut tekanan udara besarnya kurang lebih 1 Atmosfir (atm), pada 500 Meter Diatas Permukaan Laut (mdpl) tekanan udaranya hanya kurang lebih 50%nya. Besarnya tekanan disebabkan massa udara yang lebih besar. Dengan kata lain materi yang membentuk udara lebih banyak. Makin kecil tekanannya, makin sedikit materi yang membentuknya. Oksigen yang kita butuhkan ada kurang lebih 20% dari materi yang membentuk udara. Dengan demikian makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin sedikit jumlah oksigen dari setiap liter yang terhisap paru-paru kita. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beraklimatisasi dengan kondisi ini. Kurangnya waktu aklimatisasi dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita, yaitu apa yang disebut Mountain Sickness, yang bila berlanjut dari kondisi Hypoxia dapat berkembang menjadi Pulmonaryedema dan atau Cerebraledema. Bahkan diatas ketinggian yang berkisar mulai diatas 5000 mdpl, tubuh kita tidak mampu beraklimatisasi secara permanaen. Hanya dalam batasan waktu tertentu tubuh kita dapat bertahan. Daerah diatas ketinggian itu sering juga disebut “Death Zone” dimana tidak ada makhluk hidup yang dapat beraklimatisasi permanent disana. (Can u follow it…?)
e)    Besaran Jarak dan Waktu
Besarnya jarak biasanya berkaitan dengan lamanya waktu tempuh, walau tingkat kesulitan medan (berkaitan dengankondisi Terrain, Living Form, Iklim dan cuaca, ketinggian) ikut berpengaruh. Secara sederhana dapat dilihat bahwa makin besar jarak dan waktu makin rumit rencana perjalan yang harus kita buat. Banyak masalah- masalah yang harus kita pertimbangkan seperti misalnya : masalah perbekalan, navigasi, kesehatan, shelter, peralatan, tekanan- tekanan/stress (fisik dan psikis) yang mungkin dialami dst. Makin rumit rencana perjalanan yang harus kita pertimbangkan, ada kemungkinan makin besar faktor-faktor kesalahan yang terjadi. Faktor- faktor kesalahan yang ini dapat berkembang pada pelaksanaanya menjadi potensi bahaya.
f)      Kondisi Akibat/Pengaruh
Yang dimaksud dengan kondisi akibat atau pengaruh adalah suatu kondisi yang pada umumnya/biasanya tidak merupakan potensi bahaya, tetapi akibat pengaruh tertentu menjadikannya sebagai potensi atau bahaya. Beberapa contoh misalnya :
– Adanya bangkai binatang besar diatas aliran sungai yang sangat jernih dihutan  atau digunung yang kita gunakan sebagai sumber air.
– Adanya ganggang beracun pada genangan air tetrentu yang kita anggap sebagai sumber air yang baik.
– Munculnya gas beracun di wilayah gunung berapi dimana biasanya wilayah tersebut aman. Hal ini mungkin akibat aktivitas gunung berapi beraktivitas diluar normalnya.
– Jenis-jenis ikan tertentu yang biasanya tidak beracun menjadi ikan beracun bila dikonsumsi akibat adanya kandungan mineral tertentu atau micro organisme tertentu diperairan habitatnya.
– Dan contoh lainnya.
g)    Kondisi Sosial Budaya
“Lain padang lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya”, demikian kata peribahasa. Setiap daerah memang memiliki adat-istiadat tersendiri. Kesalahan kita dalam menghargai adat istiadat setempat dapat menimbulkan kesalahpahaman. Rasa tidak suka, penolakan terhadap kehadiran kita akan menimbulkan ketidaknyamanan dan atau rasa tidak aman pada diri kita. Hal ini bila berlanjut dapat menjadi potensi bahaya yang tidak jarang pula menjadi bahaya. Tidak jarang pula masyarakat pedalaman yang akan merasa tidak aman bila wilayahnya dimasuki orang asing. Bagi kita sikap mereka sering kita anggap agresif, yang sesungguhnya itu adalah manifestasi dari rasa tidak aman itu. Pendekatan yang cermat perlu kita lakukan agar situasi itu tidak menjadi potensi bahaya.

2. Bahaya Subyektif
a. Kondisi Kebugaran (fitness)
Subject : Berkegiatan di alam terbuka dalam tingkatan tertentu menuntut kebugaran tubuh pelakunya. Tidak saja sitem peredaran darahnya (cardios culary), metabolisme tubuh, kekuatan otot-ototnya, tetapi juga daya pertahanan tubuhnya terhadap perubahan-perubahan cuaca (berkaitan dengan temperatur, kebasahan angin). Sering juga berkegiatan di gunung dan hutan mengharuskan kita melakukan irama dan siklus kehidupan yang tidak teratur. Atau setidaknya tidak sebagaimana pada kehidupan kita sehari-hari. Situasi dan kondisi ini dapat menjadi potensi bahaya apabila kebugaran tubuh pelaku tidak dapat memenuhi sebagaimana yang dituntut kegiatan itu.

b. Kondisi Kemampuan Tekhnis (Technical Skills)
Subyek : Sebentuk pengetahuan dan keterampilan tekhnis tentu saja dituntut dalam berkegiatan di gunung dan hutan. Keterampilan untuk dapat bergerak dengan efisien serta efektif, mengontrol keseimbangan dan irama gerak tubuh serta beristirahat secara efektif tapi efisien. Hal ini juga harus ditunjang dengan pengetahuah apa saja, peralatan pembantu yang dibutuhkan secara tepat, serta penggunaanya secara benar untuk membantunya bergerak atau beristirahat. Pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan bagaimana mengatasi bila tergangu juga dituntut. Tidak mendukungnya kemampuan tekhnis pelaku, akan menjadi sebentuk potensi bahaya.

c. Kondisi Kemampuan Kemanusiaan (Human Skills)
Sebentuk kondisi kemampuan kemanusiaan juga dituntut dalam berkegiatan di alam bebas. Apa yang sering kita dengar sebagai mental yang kuat dan emosi yang stabil itu yang dituntut. Tetapi uraian dari mental yang kuat itu sendiri jarang kita dengar. Pengertian mental itu sendiri adalah bagaimana “sikap berfikir kita dalam mengontrol aksi gerak tubuh/tindakan kita”. Dengan kata lain bagaimana kita terhadap sebentuk situasi dan kondisi: Menilai, Menganalisa, Merasionalisasikannya, Mengambil/Menentukan keputusan, serta Melaksanakan keputusan itu. Hal-hal diatas terntu saja menuntut sebentuk perilaku positif manusia. Seperti : Leadership, Judgement, Determination, Integrity, Patience/Kecermatan, dan seterusnya untuk dapat melaksanakannya dengan baik. Emosi adalah sebentuk reaksi perasaan yang timbul bila menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Dapat dianggap sebagai suatu kewajaran, tetapi tidak jarang sesungguhnya tidak bersifat rasional. Rasa Takut, Kesal, Kesepian, Patah Semangat, Frustasi, adalah contoh-contoh yang dapat berkembang menjadi potensi bahaya.

d. Kondisi Kemampuan Pemahaman Lingkungan (Enviromental Skills)
Pamahaman akan segala bentuk sifat dan karakter dari lingkungan gunung dan hutan dituntut bagi pelaku yang berkegiatan disana. Segala sifat dan karakter lingkungan yang dapat menjadi potensi bahaya harus bisa dinilainya; tetapi sifat dan karakter yanhg dapat dimanfaatkan harus pula dapat dipahaminya. Sifat dan karakter lingkungan itu bukan dianggap sebagai musuh, tetapi bagaimana ia harus mampu bernegosiasi dengan segala kemampuan yang dimilinya. Ketidakmampuan memahami segala karakter dan sifat lingkungan dimana ia berkegiatan akan dapat menimbulkan potensi bahaya.

3. Nasib Buruk dan Nasib Baik
segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang pada dasarnya diluar perhitungan ataupun pertimbangan pelakunya, dan bersifat sama sekali tidak terduga. Umumnya sangat jarang terjadi. Nasib Buruk akan langsung dirasakan oleh pelaku sebagai potensi bahaya ataupun bahaya. Nasib Baik bila tidak secara bijak diterima sebagai sebentuk pengalaman tentang keberuntungan, dapat menjadi sebentuk sikap berfikir yang dapat menjadi potensi dan atau bahaya disaat mendatang.
Hal utama dari sikap pendekatan kita terhadap nasib baik dan buruk mungkin yang terbaik adalah sebagai berikut: Adanya nasib buruk adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Apabila terjadi pada kita, terimalah sebagai suatu realita bukan dengan reaksi emosi yang negatif seperti : Kesal, Menyesali, Marah dst. Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita dapat mengatasinya dengan bijak dan tepat. Mendapatkan nasib baik harus kita sadari hanya benar-benar sebuah keberuntungan. Hal ini jangan kita jadikan sandaran untuk tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan selanjutnya. Tidak rela menerima adanya nasib buruk dan tidak menyadari itu hanyalah sebuah keberuntungan, akan menjadi suatu potensi bahaya bagi kita.